“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan Menolongmu dan Meneguhkan kedudukanmu.(Q.S. Muhammad: 7)”
Hidup terus berjalan, perjalanan terus berlanjut, jiwa terus berderap. Rombongan tim dari Jamaah Shalahuddin pun melanjutkan perjalanan menuju Kudus. Kudus, kota yang dalam cerita Yusuf dan Arif menjadi kota seperti kota mati. Dalam perjalanan kali ini kami ditemani seorang Da'i yang sudah cukup di Yogya dan sekitarnya. Biasanya da'i ini suka berkeliling mengingatkan orang-orang yang belum sholat, orang-orang yang berpacaran agar menjauhi pacaran. Maulana begitulah namanya, namun Pak Maulana ini lebih dikenal dengan sebutan Da'i Patroli, nih orangnya :D
Jalan menuju Kudus masihlah panjang, banyak kota yang harus dilalui. Dalam perjalanan ini banyak dari kami yang ingin tidur, maklumlah malam sebelumnya sudah angkut banyak barang hehe.
Beberapa saat setelah perjalanan tanpa diduga, salah satu spanduk yang menempel di badan truk kabur diterpa angin wus, wus, wus. Mau diambil sudah jauh, akhirnya kami relakan saja spanduk yang sudah terbang dihembuskan angin tersebut, tapi untungnya waktu spanduk itu lepas tidak ada kendaraan di belakang kami yang kena spanduk itu, coba kalau ada motor yang kena bisa-bisa kami diomelin sama yang punya motor, hehe.
Untungnya sih sesaat setelah kejadian itu sopir menghentikan laju kendaraan di tempat yang agak sepi untuk menyelamatkan satu spanduk yang tersisa agar tidak terbang kena angin lagi. Lalu dengan sigap Bang Ali (PPMPA JS 1435 H) turun dari truk untuk menempelkan spanduk itu pada bagian belakang truk saja agar mudah dilihat oleh pengendara di belakang kami.
Perjalananan pun dilanjutkan, yah karena semuanya sudah terbangun dan untuk mengusir kantuk semua teman-teman pun kembali bercerita dan berbagi pengalaman. Kami sering tertawa ketika Pak Maulan bercerita, dengan gayanya yang khas dan cara bicaranya yang lucu membuat kami sering tertawa bahkan saat ada yang membully Pak Maul pun beliau tidak marah, salut dah sama kesabaran Pak Maulana.
Truk kami sudah jauh di depan namun mobil yang dikendarai Pak Maryanto dan rombongan akhwat belum nampak juga, sembari menunggu mobil yang dikendarai Pak Maryanto datang kami pun melihat lihat sekitar, dan tampak jalanan yang mulai macet.
Namun yang sering buat kami tertawa adalah ketika truk TNI yang kami tumpangi melanggar marka jalan bahkan sampai memasuki Semarang :D. Kami di dalam truk cuma bisa geleng-geleng kepala sambil tertawa. Polisi pun gak mungkin nilang karena truk yang kami naiki adalah truk TNI hehehe :D
waktu dzuhur pun tiba, kami putuskan untuk berhenti sejenak untuk sholat dzuhur di masjid yang kebetulan kami temui di pinggir jalan. Alhamdulillah di masjid ini juga rombongan pak Maryanto yang mengendari mobil bertemu dengan rombongan kami.
sesudah menunaikan sholat dzuhur secara berjamaah, kami pun membentuk jamaah baru untuk menjalankan sholat Ashar yang dijama' dengan sholat dzuhur.
Perjalanan pun dilanjutkan, karena kasihan juga dari pagi banyak teman-teman yang belum sarapan dari pagi dan kemungkinan nanti waktu aktivitas di Kudus akan membutuhkan tenaga banyak maka kami putuskan untuk berhenti sejenak mengisi perut.
Perjalanan kami lanjutkan, namun tampaknya jalan kali ini lebih menantang. Sepanjang jalan banyak kami temukan jalan yang berlubang, ketika truk melewati lubang tersebut, goncangannya itu lho, uh sakit -_-. Semoga nanti di akhirat kesulitan ini bisa menjadi pemberat timbangan kami, Aamiin :).
masuk ke daerah Semarang mulai tampak banjir di sekitar jalan. Kata Fajar salah satu awak dalam rombongan berkata kalau sungai di semarang dengan ketinggian jalan hampir sejajar, makanya wajar kalau jalan-jalan di Semarang hampir pasti tergenang banjir kalau hujan.
Di Semarang aja sudah seperti itu bagaimana di Kudus nanti, kami sempat khawatir apakah kendaraan yang kami pakai bisa masuk. Dan benar saja sepanjang jalan, di sekitaran Demak jalan macet, kalau orang Solo bilang "Muacete Poll ra nguati" hehehe.
Setelah hampir pukul 14.00 W.I.B, akhirnya kendaraan kami memasuki pintu masuk kota Kudus, namun ternyata kami terjebak macet lagi. Karena menunggu lama kami pun turun dari truk untuk memastikan berapa lama kira-kira truk bisa berjalan.
"Astaghfirullah panjang banget, kalau gini terus bisa lama nih", sahut salah seorang dari kami. Akhirnya Yusuf yang menjadi PJ kegiatan kali ini pun memberitahu bahwa ada jalan alternatif yaitu dengan melawan jalur. Karena truk yang kami kemudikan adalah truk bantuan maka orang-orang yang mengatur lalu lintas di tempat tersebut pun mengizinkan kami untuk melawan jalur.
Akhirnya setelah melewati jalan panjang dari Jogja kami sampai juga di Kudus, kota yang dikenal dengan Kota Kretek.Namun di gerbang kota ini sudah banyak relawan yang membantu jalannya mobil-mobil bantuan menuju Kudus.
Di jalan ini, diberlkakuan sistem buka tutup, 1 jam buka ke utara dan 1 jam buka ke selatan, namun khusus untuk kendaraan yang menuju Kudus hanya kendaraan tertentu yang boleh lewat. Bahkan kami menemukan ada bapak-bapak yang sudah 1 minggu terjebak macet di tempat tersebut, astaghfirullah. Untuk pinggiran jalan sendiri ditanggul menggunakan kerikil yang dikuatkan dengan karung-karung tanah untuk menguatkan pondasi. Bahkan sering datang juga truk-truk berisi tanah untuk meninggikan permukaan tanah agar tidak tergenang air dan dapat dilewati oleh kendaraan yang lewat. Untuk bensin dan solar sendiri, kami mendapat laporan bahwa harga kedua bahan bakar tersebut melonjak hingga kisaran Rp. 25.000,00/liter.
Sembari menunggu sampai kira-kira truk yang kami tumpangi boleh lewat kami pun melihat-lihat keadaan sekitar. Di seberang jalan (jalan dari arah kudus) kami lihat banyak truk-truk besar yang lewat dengan sangat perlahan dikarenakan genangan air di seberang jalan lebih dalam daripada di jalan yang truk kami lewati.
setelah menunggu sekitar 1 jam truk kami pun boleh masuk ke Kudus. Betapa terkejutnya kami ketika mengetahui keadaan pinggiran Kota Kudus yang seperti kota berhantu, tampak tidak ada penduduk, seperti lautan atau seperti peradaban yang ditinggalkan penghuninya.
setelah sekian lama berjalan, kami pun memasuki kota kudus. Di sini kami agak heran juga karena daerah di dalam kota boleh dibilang kering tidak seperti pinggiran kota tadi yang terendam begitu dalam. Di dalam kota ini installasi listrik masih berjalan dan jalanan kering, namun lalu lintas tetap dipantau dan dijaga sedemikian rupa oleh petugas.
Sebelumnya truk kami berjalan terlebih dahulu, dan mobil Pak Maryanto berjalan di belakang. Sembari menunggu mobil Pak Maryanto datang kami berhenti sejenak untuk menunggu Pak Maryanto dan melihat-lihat kondisi sekitar. Amus pun iseng menggulung celanannya untuk mengukur seberapa dalam kira-kira air yang menggenangi pinggiran Kudus tadi, :D.
Meskipun di dalam kota kering, namun pinggiran kota yang banyak dihuni oleh penduduk itu telah banyak terendam air, begitu info yang kami peroleh. Mobil yang dikendarai Pak Maryanto pun datang, kami pun melanjutkan perjalanan, di sekitar Jl. Sunan Kudus, kami berhenti untuk berkomunikasi dengan Pihak Pramuka setempat untuk menunjukkan arah Posko Pengungsian kepada kami.
Setelah bertemu bang Maulana, namanya mirip ya sama Ustad Maulana, hehehe :D. Kami ditunjukkan arah menuju pengungsian. Pengungsian yang digunakan ini berada di kantor Kecamatan Kaliwungu Kudus. Alhamdulillah kami sampai di tempat pengungsian dengan selamat. :).
Di tempat tersebut banyak warga dan relawan dari TAGANA yang sepertinya sudah menunggu kami dari tadi, ada juga badut yang sedang ngehibur warga hehehe :D
udah dulu ya part.2 nya pegel ngetik nih hehe :D. Untuk cerita di Pengungsian ntar di Part.3 ya, tentang keadaan penduduk, pembagian bantuan dan cerita menghibur dari kak bimo, siapa ya kak bimo ? tunggu di part.3 ya :)
Ustad Maulana Da'i Patroli sedang membaca majalah |
Agung Istriahat karena kecapean :p |
Untungnya sih sesaat setelah kejadian itu sopir menghentikan laju kendaraan di tempat yang agak sepi untuk menyelamatkan satu spanduk yang tersisa agar tidak terbang kena angin lagi. Lalu dengan sigap Bang Ali (PPMPA JS 1435 H) turun dari truk untuk menempelkan spanduk itu pada bagian belakang truk saja agar mudah dilihat oleh pengendara di belakang kami.
Bang Ali memindahkan spanduk yang tersisa ke bagian belakang Truk |
tertawa dengan guyonan lucu pak Maulana :D |
Jalanan yang Mulai macet dan truk yang melanggar marka jalan :D |
waktu dzuhur pun tiba, kami putuskan untuk berhenti sejenak untuk sholat dzuhur di masjid yang kebetulan kami temui di pinggir jalan. Alhamdulillah di masjid ini juga rombongan pak Maryanto yang mengendari mobil bertemu dengan rombongan kami.
Berhenti sejenak di masjid untuk menunaikan sholat |
interior dalam Masjid |
Tempat yang digunakan untuk makan siang rombongan tim penyalur bantuan |
Shakti lagi makan, hap hap hap :D |
rombongan tim Jamaah Shalahuddin di tempat makan |
Mobil Pak Mar siap tancap gas lagi |
masuk ke daerah Semarang mulai tampak banjir di sekitar jalan. Kata Fajar salah satu awak dalam rombongan berkata kalau sungai di semarang dengan ketinggian jalan hampir sejajar, makanya wajar kalau jalan-jalan di Semarang hampir pasti tergenang banjir kalau hujan.
Jalan tergengang banjir |
Jalan di Sekitaran Demak |
"Astaghfirullah panjang banget, kalau gini terus bisa lama nih", sahut salah seorang dari kami. Akhirnya Yusuf yang menjadi PJ kegiatan kali ini pun memberitahu bahwa ada jalan alternatif yaitu dengan melawan jalur. Karena truk yang kami kemudikan adalah truk bantuan maka orang-orang yang mengatur lalu lintas di tempat tersebut pun mengizinkan kami untuk melawan jalur.
Kemacetan Panjang |
Kemacetan bahkan sampai di Jembatan |
Sampah di bantaran sungai yang mulai menumpuk |
Mobil-mobil menuju Kudus |
mobil-mobil kesulitan berjalan karena banjir |
truk BBM yang menungu giliran lewat |
truk yang kami tumpangi terjebak banjir dan menunggu giliran lewat |
tanggul air dari kerikil yang dijaga dengan karung pasir |
tanah yang digunakan untuk meninggikan permukaan |
himbauan agar truk tronton agar tidak lewat |
BBM di tempat ini sampai habis |
warga menggunakan perahu kecil (gethek) untuk bergerak |
truk di seberang jalan yang sulit lewat di genangan air |
penitipan motor di pinggir jalan yang tergenang air |
bapak-bapak yang berjuang menembus banjir |
jalanan kudus yang terendam banjir |
para pengendara yang mencoba lewat melalui jalan yang dibuat secara darurat |
rumah yang terendam banjir |
Bus yang entah sudah berapa hari terendam banjir |
Ketinggian air sampai merendam trotoar |
Gardu listrik yang terendam air |
rumah yang terendam air |
masjid di daerah Kudus yang terendam banjir |
Polisi Lalu Lintas sedang mengatur jalanan tampak di belakang perbatasan daerah yang terkeana air dan tidak |
Petugas sedang memperbaiki installasi listrik |
Amus melinting celananya, kalau genangan di pinggiran kota Kudus tadi kira-kira sudah sampai trotoarnya |
Jalanan di dalam kota yang lengang dan kering |
Meskipun di dalam kota kering, namun pinggiran kota yang banyak dihuni oleh penduduk itu telah banyak terendam air, begitu info yang kami peroleh. Mobil yang dikendarai Pak Maryanto pun datang, kami pun melanjutkan perjalanan, di sekitar Jl. Sunan Kudus, kami berhenti untuk berkomunikasi dengan Pihak Pramuka setempat untuk menunjukkan arah Posko Pengungsian kepada kami.
Posko Bencana Alam PRAMUKA PEDULI Kwartir Cabang Kudus |
Posko Pramuka |
tempat pengungsian |
warga sedang dihibur sama Badut :D |